Baju operasi yang dimaksud adalah baju yang digunakan oleh dokter atau perawat ketika melakukan tindakan operasi/bedah. Baju operasi ada yang reusable dan ada pula yang disposable.
Baju operasi digunakan untuk melindungi tubuh dan pakaian dokter dan perawat ketika melakukan operasi dari noda ataupun kotoran selama proses operasi berlangsung. Di sisi lain, baju operasi yang digunakan oleh pasien didesain agar staf rumah sakit dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian tubuh pasien yang sedang dirawat.
Baju operasi dibuat dari bahan yang tahan dicuci dengan air panas, biasanya katun, dan diikat dibelakang dengan tali. Baju operasi sekali pakai bisa jadi terbuat dari kertas atau plastik tipis, dengan tali yang juga terbuat dari bahan yang sama. Beberapa jenis baju operasi memiliki kancing di sepanjang bahu dan lengan baju. Ini bertujuan agar bajunya dapat dilepas tanpa menyentuh garis-garis pembuluh darah di tangan pasien.
Bahan jubah operasi dipilih dari bahan yang mudah dibersihkan, sirkulasi udara baik dan anti bakteri. Hal ini membantu dalam menjaga keawetan penggunaan jubah operasi yang dapat digunakan terus menerus. Pengeringan bahan jubah operasi Hospicloth relatif cepat karena serat bahan mudah kering. Desain baju dibuat dengan pengikat pada bagian pinggang untuk mengencangkan baju. Ujung tangan diberi karet agar dapat rapat dan memberikan kenyamanan dan fleksibilitas dalam tindakan operasi. Satu set jubah dilengkapi dengan penutup kepala (head cap) yang memiliki tali di bagian belakang untuk digunakan bersamaan dengan jubah agar keringat dari kepala tidak menetes di area operasi dan agar bagian rambut tidak menganggu ketika proses operasi berlangsung. Dilengkapi juga dengan masker kain untuk kelengkapan jubah operasi.
Baju operasi yang telah dipakai dikaitkan dengan infeksi, sehingga baju harus dibuang untuk menghindari infeksi. Sebuah studi di Kanada menyatakan bahwa 57 persen pasien di lima rumah sakit memakai terlalu sedikit kain di bawah pinggang. Para dokter yang melakukan survei menyatakan bahwa baju operasi tidak harus selalu digunakan kecuali jika perlu. Dr. Todd Lee dari Rumah Sakit Royal Victoria di Montreal berpendapat bahwa walaupun baju operasi itu murah dan mudah dicuci, pasien sebaiknya diizinkan menggunakan piyama atau baju biasa, dan hanya menggunakan baju operasi jika dituntut demikian.
Baju rumah sakit saat ini dianggap terlalu terbuka oleh banyak orang, dan banyak pihak yang sedang mengusahakan untuk merancang model yang baru sambil tetap memperhatikan kepraktisan dalam perawatan dan pemeriksaan.
Pada November 2006, Robert Wood Johnson Foundation memberi dana bantuan sebesar $236.000 kepada sebuah tim di Universitas Negeri North Carolina untuk mendesain baju pasien yang baru dengan menekankan “gaya, harga, daya tahan, kenyamanan, fungsi” dan mutu lainnya. Studi telah banyak dilakukan untuk memperbaharui baju pasien karena baju tersebut dipandang kurang memperhatikan kesopanan bagi para pasien.
Lamar dan timnya bekerja sama untuk merancang baju yang lebih nyaman dan lebih tertutup. Selain itu, survei menemukan bahwa para perawat tidak menyukai tali yang ada dibelakang karena terkadang bisa terlilit dan tidak bisa dilepas. Para pasien bahkan terkadang menggunakan dua baju sekaligus, satu dengan bukaan di belakang dan satu lagi di luar dengan bukaan di depan. Mereka melakukannya karena tidak suka dengan baju rumah sakit yang terlalu tipis dan terbuka.
Pada April 2009, tim NSCU memamerkan rancangan potensial mereka dan bersiap-siap untuk mencari pemberi dana untuk mengembangkan purwarupanya. Sementara itu, sejumlah rumah sakit menawarkan pilihan lain seperti baju dengan bukaan di depan atau di samping, celana bertali pinggan, atasan katun atau celana boxer. Sayangnya, pilihan-pilihan tersebut lebih mahal daripada rancangan tradisionalnya.
Pada tahun 2009, Fatima Ba-Alawi diberi penghargaan atas baju DCS-nya (dignity, comfort, safety, atau sopan, nyaman, aman) di konferensi RCN di London. Bajunya dapat dipakai bolak-balik dengan kancing plastik agar mudah dilepas tanpa menggerakan pasien serta menghemat waktu bagi staf rumah sakit. Selain itu disediakan pula beberapa kantong untuk selang dan peralatan kardio. Versi lain dari desain ini disebut Faith Gown, yang mana memiliki penutup kepala yang dapat dilepas serta berlengan panjang.
Di Inggris, tepatnya di Rumah Sakit Birmingham Children’s memperkenalkan pakaian yang terbuat dari polyester dan katun pada Maret 2013. Para pasien dan ahli kesehatan menyukai pakaian yang menggunakan Velcro di kelimannya. Rumah sakit lain di sekitar area ikut tertarik dengan desain tersebut, dan para orang dewasa juga ingin dibuatkan model baju rumah sakit yang sama.